Cerpen Cinta Pertama
-------------------------
Judul: First Love Never Die (Kisah Guruku)
Embun
pagi masih merayapi batang daun yang hijau, matahari bersembunyi di
balik awan. Namun aku sudah berdiri menatap langit yang masih putih.
Hari ini terasa aneh bagiku, biasanya saat ini aku masih terlelap di
atas kasur. Tapi karena mata tak bisa terpejam, memaksaku untuk mencari
udara segar, menghilangkan rasa gelisah yang selalu menderaku.
Aku
gelisah karena rindu. Rindu akan rumah, rindu pada keluarga di kampung,
terutama rindu padanya. Aku kuliah di kota dan meninggalkan mereka di
sana. Ingin sekali aku berjumpa dengannya. Dia yang telah mengisi
relung hatiku selama tujuh tahun.
Di bawah pohon depan kost aku
duduk santai sambil menikmati cuaca dingin di pagi hari. Di mana
orang-orang masih enggan melepas mimpi indah, apalagi ini ‘kan baru
pukul empat, mana ada yang terjaga sepertiku.
Dengan ditemani
cappuccino hangat aku terhanyut dalam khayalan yang berisi kenanganku
bersamanya. Orang yang pertama kali singgah di hatiku dan mungkin akan
menjadi yang terakhir. Dia dua tahun lebih tua dariku. Kami bertemu
saat aku masih duduk di bangku SMP. Kami selalu pulang bareng karena
rumah kami berdekatan. Awalnya aku tak ada rasa dengannya, tapi karena
kami sering berjumpa di rumah maupun di sekolah membuat rasa ini
muncul. Kedekatan kami pun juga karena ayahnya adalah orang bawahan
ayahku.
Waktu itu aku masuk ke SMA yang berbeda dengannya, namun
setelah tiga bulan, aku tak betah. Kemudian ayahku menyuruh
memasukkanku ke sekolah yang sama dengannya. Ia menjadi senang karena
kami bisa satu sekolah lagi. Dan kami pun menjadi tambah dekat. Lalu
lama-kelamaan hubunganku ini diketahui oleh ayahku. Dia sangat marah.
Memang ayah tidak setuju kalau sampai aku menyukainya. Ketika mendengar
kabar dari sekolah bahwa kami sering berduaan, ayah lalu menyuruh orang
bayaran untuk memberi pelajaran padanya. Tapi hal itu tak membuat ia
berhenti menemuiku. Kami pun bertemu secara diam-diam.
Suara gema adzan membawaku kembali ke alam nyata.
Huuh…
Aku ingin sekali bertemu dengannya. Tapi kenapa ia tidak datang,
padahal ia sudah janji akan datang Sabtu kemarin. Apa yang terjadi
dengannya?
***
“Lyza… Lyza!” aku mendengar orang memanggilku.
“Yola…ada apa?” ternyata cewek tambun yang se-kost denganku datang dengan nafas terengah-engah.
“Lyz…eng…itu aku mau bilang..itu…Ibumu sakit!”
“Apa? Masak iya, tahu dari mana?” aku langsung terkejut mendengar Ibuku sakit.
“Dari kampung, ada yang menelponku. Ng…kita ke kampung sekarang!” perintahnya.
“Aneh, kok gak ada yang beritahu aku?”
“Udahlah,
pokoknya kita ke kampung sekarang.” Tanpa menunggu jawabanku, Yola
langsung menarikku pulang. Lalu kami pun bergegas ke kampung.
***
Setibanya
di kampung, aku merasakan suatu keganjilan di rumah pacarku. Kenapa
berdiri sebuah tenda biru? Kebetulan aku dan Yola lewat depan rumah
pacarku dan melihatnya di depan teras. Sewaktu ia melihatku, ia
langsung lari masuk ke dalam rumah. Hatiku bertanya-tanya kenapa ia
aneh begitu.
Sebelum tiba di rumah aku bertemu dengan Ibu pacarku di
jalan. Aku pun langsung bertanya padanya, ada acara apa di rumahnya.
Ibunya langsung menceritakan semuanya dan tanpa disadari aku menangis.
Tiba-tiba pacarku datang dari arah belakang. Dia meminta maaf kepadaku,
dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia juga bilang kalau ia sangat
mencintaiku. Kemudian di depan kedua orang tuanya kami berpelukan dan
sama-sama menangisi akhir dari kisah kami.
Sesampainya di rumah
aku langsung marah-marah tak karuan. Kedua orang-tuaku heran melihatku
bertingkah aneh seperti itu. Yola lalu memberitahu mereka kejadian yang
memang sudah ia ketahui sebelumnya. Orang-tuaku pun menasehatiku untuk
mencari pasangan yang lebih sepadan dan lebih setia. Aku sangat tidak
bisa menerima keputusannya itu.
Aku kembali lagi ke kota setelah
mengetahui ternyata Ibuku baik-baik saja. Semenjak itu aku menjadi
bertambah aneh, emosiku sering tak terkendali, setiap melihat sesuatu
yang tajam, durian misalnya, ingin sekali kutancapkan ke kepalaku.
Teman-temanku pun merasa risih atas sikapku, karena setiap teman
laki-laki mereka ke kost aku selalu memarah-marahi mereka tanpa sebab.
Pernah teman-temanku mengikatku dengan selimut di kursi karna aku
mengamuk dan ingin bunuh diri.
Suatu ketika ada seorang pria
yang bekerja di rumah sakit jiwa di sekitar kost, dia teman dari salah
satu temanku. Dia melihatku membentak-bentak temanku tanpa alasan,
sikapku itu sudah dimaklumi teman-temanku yang lain. Dan ketika aku
membanting pintu, ia terkejut dan bertanya ada apa dengan gadis yang
menarik perhatiannya.
Setelah mengetahui apa masalahku, ia pun
menemuiku. Aku marah dengan kehadirannya yang tanpa izin. Lalu pria itu
menyembur mukaku dengan air, dia kira aku kesurupan. Tapi ketika ia
salah paham, lantas ia tertawa. Kemudian ia menarik tanganku,
mengajakku duduk di teras. Tiba-tiba saja aku mengeluarkan semua
masalah yang membebani hatiku dan aku menangis sejadi-jadinya di depan
orang yang baru kukenal. Setelah selesai bercerita, ia menyuruhku mandi
bersihkan diri lalu mengajakku makan bakso di sekitar situ. Entah
mengapa kalau berada di sampingnya hatiku tenang sekali dan
kehadirannya itu membuatku melupakan segala masalahku.
Seminggu kemudian di mana aku sudah kembali normal, aku mendapat kabar kalau mantan pacarku akan segera menikah.
“Lho, Lyza kok gak dapat undangannya,” tanyaku pada Yola.
“Dia
gak mau ngasih tahu kamu, Lyz. Takutnya kamu ngedrop lagi.” Namun
Randi, pria yang minggu lalu menenangkanku malah mengajakku ke sana.
“Gak ah mas, malas bolak-balik ke sana.”
“Kenapa, takut? Katanya gak ada rasa lagi.” Karena itu aku terpaksa pergi pada esoknya ke pesta pernikahannya Dicky.
***
Di
pesta pernikahannya itu, aku sudah bisa membiasakan hatiku untuk
melepasnya. Saat aku bersalaman dengannya, ia menangis. Lalu ia melihat
mas Randi dan menyuruhnya untuk menjagaku serta jangan pernah
menyakitiku. Sebenarnya aku masih sangat mencintainya. Tapi kami tidak
ditakdirkan untuk bersama selamanya. Karena sesuatu yang membuatnya
terpaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali.
Ayahku-lah
yang sangat tidak menyukai hubungan kami. Waktu kak Dicky tak bisa
menemuiku pada hari Sabtu, ayah menjumpainya dan keluarganya tanpa
sepengetahuanku. Ayah memaki-makinya dan memarahi ayahnya. Ayah
mengatakan kalau mereka tak pantas. Ayah sangat menghargai statusnya
yang lebih tinggi dari ayahnya. Karena sakit hati orangtuanya lalu
mencarikan jodoh yang lain untuknya.
Aku pun mengerti keadaan
yang harus kuterima. Dan untuk melupakannya ku serahkan kembali semua
yang pernah ia berikan padaku termasuk puisi-puisinya. Itulah mengapa
istrinya heran dan bertanya kepadaku hadiah apa yang telah kuberikan
kepadanya sehingga istrinya tidak boleh membukanya. Lalu masalah itu
kuselesaikan dengan segera. Kutemui ia lalu menyuruhnya untuk
memperlihatkan hadiah dariku pada istrinya.
“Untuk apa
disembunyikan, lihatkanlah hadiah itu pada istri kakak biar dia tenang,
adek gak mau ada masalah lagi di antara kita.” Dengan berat hati ia
perlihatkan sebuah kotak musik, kalung dan sebagainya pada istrinya.
Semenjak itu aku jarang bertemu dengannya, tapi kami masih berkomunikasi seperti biasa dalam jarak jauh, hingga sekarang.
----------------
Cerpen cerita tentang cinta pertama
diatas terbit di Xpresi Riau Pos, untuk membaca lengkap cerita pendek
tentang cinta pertama lainnya silakan kunjungi situsnya. Baca juga Cerpen Cinta ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar