Jumat, 25 Mei 2012

Sinopsis Cerpen

Judul Buku                :Antologi Cerpen dan Puisi Daerah
Pengarang                  : Yayasan Obor Indonesia
Judul  Cerpen           : Bulan di Atas Api
Karya                         : I Made Casta
Terbitan                     : 1999
Jumlah Halaman       : 151
Cetakan                      : 1

SINOPSIS CERPEN
Cerpen Bulan Di Atas Api ini menceritakan tentang babi jadi-jadian yang dikawal oleh mahluk aneh yang menggiriskan. Pada mulanya, malam itu kumpulan orang-orang yang telah ditetapkan pada saat rembugan Ki Tarman dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok Darmo dengan empat temannya mendapat tugas jaga dijalan yang menuju ke sawah. Kelompoknya Sarko berjaga-jaga di pinggir jembatan gantung, sebab dari jembatan gantung itulah sering lihat babi jadi-jadian yang dikawal oleh makhluk aneh yang menggiriskan. Kelompok lainnya, yaitu kelompok Ki Tarman yang menjadi sesepuh, berkeliling wilayah desa. Satu kelompok lainnya berjaga-jaga di kebun-kebun ujung desa.
Selang tak berapa lama terdengar gonggongan anjing tak berhenti-henti. Ki Tarman langsung mengendus, menuju suara gonggongan anjing. Dari arah barat tiba-tiba terdengar suara riuh rendah beberapa orang. Kali ini, sepertinya suara gemuruh itu tidak sekedar datang dari orang-orang yang telah ditentukan, tetapi juga dari seluruh penduduk desa yang keluar rumah untuk mengepung babi jadi-jadian meskipun tidak tahu pasti kemana larinya. Keadaana menjadi gadu manakala diketahui Sarko terkapar ditanah. Kemudian Sarko dibawa kerumah Ki Tarman. Setibahnya dirumah Ki Tarman, Sarko segera diobati Ki Tarman. Ki Tarman menjelaskan kepada warga yang melihat kejadian itu, bahwa Sarko tersenggol pengawal babi jadi-jadian ketika orang-orang sedang mengepung babi jadi-jadian tersebut.
Ki Tarman menjelaskan pula kepada orang-orang desa, bahwa apa yang mereka lakukan hanya bisa menggagalkan babi jadi-jadian itu manakala hendak menghisab uang masyarakat. Ki Tarman melihat kenyataan itu, bahwa memang ada babi hutan yang berlari di depannya kemudian babi hutan itu Ki Tarman pukul kakinya dengan bambu kuning yang kira-kira sebesar lengan dengan panjang satu meter dan menjelmah menjadi orang. Jadi babi jadi-jadian yang menjelmah menjadi orang itu menderita kakinya. Kemudian semua orang bergembira melihat Sarko telah sadar kembali pada malam itu.
Pagi-pagi buta Bi Tarwi sudah ribut-ribut bertengkar dengan suaminya, karena uang arisan teman-temannya yang akan dibuka pagi itu tibah-tibah hilang. Darman suami Bi Tarwi kali ini benar-benar tidak merasa dan bahkan sampai-sampai bersumpah, tapi Bi Tarwi tidak percaya kalu suaminya yang bukan mengambilnya. Kemudian Ki Tarman yang sejak tadi malam belum tidur mendekati Bi Tarwi yang sedang bertengkar, kemudian Ki Tarman menjelaskan bahwa babi jadi-jadian yang dicari-cari orang-orang pada malam itu telah mampir di tempat tinggalnya Bi Tarwi dan suaminya.
Semua orang kemudian mengawasi siapa-siapa yang kakinya lagi sakit sehabis dipukul. Barang siapa yang sedang menderita begitu pasti dialah yang jadi babi jadi-jadian dan baru saja ba’da isya, orang sedesa dikejutkan dengan kobaran api yang menyalah-nyalah membakar rumah Ki Lurah. Dari arah timur datang Bi Tarwi sambil berbicara macam-macam, yang meminta semua orang untuk melihat kaki Ki Lurah yang dibalut, berselonjor tidak bisa untuk berjalan. Bi Tarwi kemudian mengakui perbuatannya yang membakar rumah Ki Lurah demi untuk membuktikan bahwa yang jadi babi jadi-jadian adalah Ki Lurah sambil tangannya disodorkan kepada Pak Polisi, pasrah untuk diborgol.
Melihat kenyataan itu Ki Tarman merasa tidak tega, kemudian ia beranggapan bahwa yang membakar rumah Ki Lurah adalah dia sambil menyodorkan korek api sebagai bahan bukti. Diikuti pula dengan yang lainnya yang juga mengakuh sebagai pelaku yang membakar rumah Ki Lurah, semua menyodorkan kedua tangannya untuk diborgol. Api masi menyalah-nyalah. Dan tidak berapa lama terdengar suara gemuruh karena luruhnya bagian atap rumah Ki Lurah Ketika terang bulan tanggal emapat belas.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar