Judul
Buku :Antologi Cerpen dan
Puisi Daerah
Pengarang : Yayasan Obor Indonesia
Judul Cerpen :
Bulan di Atas Api
Karya : I Made Casta
Terbitan : 1999
Jumlah
Halaman : 151
Cetakan : 1
SINOPSIS
CERPEN
Cerpen Bulan Di Atas Api ini menceritakan tentang babi jadi-jadian yang
dikawal oleh mahluk aneh yang menggiriskan. Pada mulanya, malam itu kumpulan
orang-orang yang telah ditetapkan pada saat rembugan Ki Tarman dibagi menjadi
empat kelompok. Kelompok Darmo dengan empat temannya mendapat tugas jaga
dijalan yang menuju ke sawah. Kelompoknya Sarko berjaga-jaga di pinggir
jembatan gantung, sebab dari jembatan gantung itulah sering lihat babi
jadi-jadian yang dikawal oleh makhluk aneh yang menggiriskan. Kelompok lainnya,
yaitu kelompok Ki Tarman yang menjadi sesepuh, berkeliling wilayah desa. Satu
kelompok lainnya berjaga-jaga di kebun-kebun ujung desa.
Selang tak berapa lama terdengar gonggongan anjing tak berhenti-henti. Ki
Tarman langsung mengendus, menuju suara gonggongan anjing. Dari arah barat
tiba-tiba terdengar suara riuh rendah beberapa orang. Kali ini, sepertinya
suara gemuruh itu tidak sekedar datang dari orang-orang yang telah ditentukan,
tetapi juga dari seluruh penduduk desa yang keluar rumah untuk mengepung babi
jadi-jadian meskipun tidak tahu pasti kemana larinya. Keadaana menjadi gadu
manakala diketahui Sarko terkapar ditanah. Kemudian Sarko dibawa kerumah Ki
Tarman. Setibahnya dirumah Ki Tarman, Sarko segera diobati Ki Tarman. Ki Tarman
menjelaskan kepada warga yang melihat kejadian itu, bahwa Sarko tersenggol
pengawal babi jadi-jadian ketika orang-orang sedang mengepung babi jadi-jadian
tersebut.
Ki Tarman menjelaskan pula kepada orang-orang desa, bahwa apa yang mereka
lakukan hanya bisa menggagalkan babi jadi-jadian itu manakala hendak menghisab
uang masyarakat. Ki Tarman melihat kenyataan itu, bahwa memang ada babi hutan
yang berlari di depannya kemudian babi hutan itu Ki Tarman pukul kakinya dengan
bambu kuning yang kira-kira sebesar lengan dengan panjang satu meter dan
menjelmah menjadi orang. Jadi babi jadi-jadian yang menjelmah menjadi orang itu
menderita kakinya. Kemudian semua orang bergembira melihat Sarko telah sadar
kembali pada malam itu.
Pagi-pagi buta Bi Tarwi sudah ribut-ribut bertengkar dengan suaminya,
karena uang arisan teman-temannya yang akan dibuka pagi itu tibah-tibah hilang.
Darman suami Bi Tarwi kali ini benar-benar tidak merasa dan bahkan
sampai-sampai bersumpah, tapi Bi Tarwi tidak percaya kalu suaminya yang bukan
mengambilnya. Kemudian Ki Tarman yang sejak tadi malam belum tidur mendekati Bi
Tarwi yang sedang bertengkar, kemudian Ki Tarman menjelaskan bahwa babi
jadi-jadian yang dicari-cari orang-orang pada malam itu telah mampir di tempat
tinggalnya Bi Tarwi dan suaminya.
Semua orang kemudian mengawasi siapa-siapa yang kakinya lagi sakit sehabis
dipukul. Barang siapa yang sedang menderita begitu pasti dialah yang jadi babi
jadi-jadian dan baru saja ba’da isya, orang sedesa dikejutkan dengan kobaran
api yang menyalah-nyalah membakar rumah Ki Lurah. Dari arah timur datang Bi
Tarwi sambil berbicara macam-macam, yang meminta semua orang untuk melihat kaki
Ki Lurah yang dibalut, berselonjor tidak bisa untuk berjalan. Bi Tarwi kemudian
mengakui perbuatannya yang membakar rumah Ki Lurah demi untuk membuktikan bahwa
yang jadi babi jadi-jadian adalah Ki Lurah sambil tangannya disodorkan kepada
Pak Polisi, pasrah untuk diborgol.
Melihat kenyataan itu Ki Tarman merasa tidak tega, kemudian ia beranggapan
bahwa yang membakar rumah Ki Lurah adalah dia sambil menyodorkan korek api
sebagai bahan bukti. Diikuti pula dengan yang lainnya yang juga mengakuh
sebagai pelaku yang membakar rumah Ki Lurah, semua menyodorkan kedua tangannya
untuk diborgol. Api masi menyalah-nyalah. Dan tidak berapa lama terdengar suara
gemuruh karena luruhnya bagian atap rumah Ki Lurah Ketika terang bulan tanggal
emapat belas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar