Jumat, 25 Mei 2012

Sinopsis Cerpen

Judul Buku                : Dua Dunia
Pengarang                  : Nh. Dini
Judul  Cerpen           : Jatayu
Terbitan                     : 2002
Jumlah Halaman       : 114
Cetakan                      : 3
                                 
SINOPSIS CERPEN
Cerpen Jatayu, menceritakan tentang kehidupan seorang Prita yang mempunyai penyakit yang menggerogoti tubuhnya tapi mempunyai keinginan bisa terbang terbang seperti elang.
Pada mulanya sewaktu ia lahir, ia sangat diharapkan oleh bapaknya. Ia juga menjadi idaman dan harapan bapaknya agar menjadi manusia yang baik sehingga ia diberi nama Prita. Tapi nama itu terlalu berat, tak terdukung oleh gadis itu yang menyebapkan Prita sakit keras setelah berumur enam belas tahun. Prita dikeluarkan dari sekolah, waktu itu ia baru kelas dua esempe. Terlalu jauh pikirannya untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah, otaknya sudah digerogoti kuman-kuman penyakit. Kerjanya saat itu antara lain Cuma duduk bermain-main dengan wayang. Kadang-kadang ia membentak orang yang bersepeda melalui depan rumahnya. Sesudah itu, satu senyuman memenuhi wajahnya yang lembut.
Di rumah Prita tak hendak diam menganggur. Dia mainkan wayang bapaknya, dan paling dia hafal adalah lakon-lakon Ramayana. Cita-cita semua yang dikandung ialah hendak menjadi penerbang. Seharian prita duduk saja di atas peti wayang ketika dia mendengar bapaknya hendak menjual wayang itu. Dia kemudian menangis di atas peti wayang dan mengeluarkan wayang satu-satunya yaitu wayang Jatayunya. Akhirnya Jatayu tetap tergantung di rumah, di papan arah kepala amben tempat tidur Prita. Pada injakan ke tingkat umur yang makin jauh dia juga seperti manusia-manusia lain, merasakan rinduk ksih seorang sahabat. Mula-mula ia rindu kepada kakanya yang sudah tiada, kemudian kepada setiap pem,uda yag lewat di depan rumahnya.
Ada seseorang yang sangat memperhatikan dia. Satu sore, Prita keluar dari rumah memakai celan tiga perempat warna hijau. Lalu degan suara keras, dia membentak orang yang sedang berada di sana. Alangkah terkejutnya dia karena orag itu adalah pemuda yang telah begitu sering berpandangan dengan dia. Sejak itu prita dan pemuda itu saling dekat. Sang pemuda sering pula mengajak Prita jalan-jalan atau bersepeda keluar kampung. Siang itu, Prita dan pemuda itu berlindung di bawah atap gereja oleh serangan hujan. Prita merenung kejalan besar. Tak ada kegelisaan yang membayangi wajahnya, air dan angin yang mengabuti jalan itu tak menarik bagi mereka. Prita mengeluarkan suara bahwa ia ingin terbang.
  Akhir-akhir itu, Prita mengamati sebuah benda yang dibawah oleh teman bapaknya skuter namanya. Tibah-tibah dia diserang satu keinginan yang tak bisa lagi ditahaya, dia mau menaikinya. Segala keasikan lain sudah dilepaskannya, dia tidak lagi peduli kepada Jatayu. Senjak gerimis memenuhi hari itu, Prita memandang dengan mata yang selembut biasanya. Terpaku pandangannya pada benda yang ada didepannya. Lalu berlahan tapi pasti tangannya memegan kemudi sekuter. Bapak dan tamunya sedang minum kopi di srambi belakang. Prita pura-pura diam di kamarnya. Prita sudah naik sekuter sudah berjalan keluar kampung tanpa menoleh kepada siapapun yang ditemuinya dijalan.
Dia benar-benar bersikap tegak seperti juru terbang di belakang kemudi pesawatnya, dia naik dan masi terus naik. Jalan yang lengang memberi keluasan kepada Prita buat tetap bermimpi di atasa awa dan angin. Prita makin tak bisa lagi menguasai kesadarannya, dan sambil berteriak ia mengatakan bahwa ia terbang dan melayang di atas awan dan angin. Rumah-rumah serta warung-warung di jalan bahwanya tanpka kecil. Pada desakan rasa yang tak tertahan lagi, prita merentangkan kedua tangannya kemudian dilepaskan. Dia menirukan burung-burung terbang betul-betul dengan sayap terentag kedua sisi. Tapi angin dari arah kiri yang menyentuhya tiba-tiba membuat satu goyangan. Prita jatuh, pecah dan remuk seluruh anggota tubuhnya seperti Jatayu jatuh kena senjata Rahwana. Jatayu masi tetap tergantung di atas ambennya, menunggu buat bersama bermain. Tapi Prita tak bangkit lagi. Dia mati seperti tokoh wayang yang dieratinya sejak kecil mula. Gerimis terus turun hingga malam dan esoknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar