Jumat, 25 Mei 2012

Sinopsis Cerpen

Judul  Buku               : Monumen
Pengarang                  : Nh. Dini
Judul Cerpen             : Si Pencit
Terbitan                     : 2002
Jumlah Halaman       : 10

SINOPSIS CERPEN
Gito menyeret kaki melangkahi tas, bungkusan dan kardus yang bergeletakan dinatara tempat duduk. Seluruh terminal mulai mengenal bayangan Gito sejak awal tahun. Gito anak Mak yang dikatakan jatuh dari perut dan diterima ke dalam peluka Paryah. Mak meninggal ketika melahirkan Gito, Gito kemudian diasuh oleh Paryah dan dia mejadi boneka dan satu-satunya yang tinggal dirumah. Enam saudara lainnya terpencar menjadi buruh di kota.
Antara tetangga, dukun, Bapak dan Paryah, Gito tumbuh melewati bulan-bulan petama. Merekalah yang menyusun campuran makanan bayi. Dukun pulalah yang pertama mengetahui bahwa satu telapak kaki si anak tidak lurus mendatar. Mula-mula rasa kecewa dan kecemasan mencekam hati Bapak dan Paryah. Tetapi segera melumat oleh wajah Gito bocah yang selalu cerah. Dia terus tumbuh, menjadi asuhan semua orang, termasuk dua saudaranya lelaki yang pulang dari kota. Hari berlalu, gito mulai belajar berjalan. Tak sekilas pun dia tampak terganggu oleh kakinya yang cacat. Lalu gito mendapat tambaha nama Pengkor karena kelahirannya yang cepat tampa ada dukun.
Lalu tibahlah hari penemuan, Gito dapat duduk di atas pelana. Bumi yang tidak rata bagi kaki cacat ternyata tidak merupakan masalah. Anak berumur delapan tahun tumbuh pesat, dia meninggi dan meninggi mendahului umurnya dan dia pun mendapat tambahan julukan Gito Pencit. Gito diajr mengerjaka segalanya. Gito menjadi dewasa terlalu cepat, dia berkerja keras melakukan apa saja. Dan sewaktu pulang membawa sisir, bedak buat Paryah tetapi ketika pulang diatidak menemukan Paryah. Paryah kata Bapaknya terbujuk oleh kenalan dari pabrikdan dan dia berangkat kemaluku sebagai tenaga kerja tani. Bapak terpaksa melepaskannya. Paryah belum perna meninggalakan dusun dan baru kali itu Paryah meninggalkan Gito.  Gito memutuskan meninggalkan perkerjaannya sebanagi tukang becak, selama setahun dia dikota dia semakin mengertia apa itu kehidupan. Dan Gito berkaki tidak rata juga mengenal hakekat pergaulan antara lelaki-perempuan. Di pasar kota, kalangannya memperkenalkan dia kepada perempuan-perempuan yang bisa dijadikan pasangan sesaat tanpa mempedulikan kakinya rata atau tiodak.
Sekarang dia tetap berada di pasar dari subuh hingga tengah hari. Jam tiga atau setengah empat, Gito bangun mencari truk bisa ditumpangi menuju terminal. Dia menjinjing kotak berisi aneka merek gula-gula dan minyak gosok. Inilah kerjaannya di stasiun bis. Gito masuk ke dalam bis, Gito disuruh turun oleh kernet bis dengan galak karena bisnya mau berjalan sambil menghina kaki Gito. Kernet geram seakan-akan kejengkelannya hendak dilampiaskannya pada pintu.
Hari itu dia menedengar berita dari mulut ke mulut bahwa petugas pabrik yang menjadi calo pekerja wanita ketahuan naik Colt jurusan Juana. Diseberang ada seseorang yang melambai untuk mengajak Gito pulang. Gito turun ke aspal, melenggang meliuk. Kotak dagangan tertekan ke dadanya. Matanya bersinar aneh. Gigi-gigi digegatkan jangan sampai polisi mendahului menangkap orang itu, katanya di dalam hati. Bagi Gito masalahnya adalah Paryah. Dengan gesit, Gitu naik bis jurusan Rembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar