Judul
Buku :Antologi Cerpen dan
Puisi Daerah
Pengarang : Yayasan Obor Indonesia
Judul Cerpen :
Tandus
Karya : Arach Djamaly
Terbitan : 1999
Jumlah
Halaman : 151
Cetakan : 1
SINOPSIS
CERPEN
Cerpen Tandus, menceritakan kehidupan seorang Arman yang hidup serba
berkecukupan tetapi tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya dan juga
tidak mau menuruti nasehat yang diberikan orang tuanya kepada dia. Kemudian
orang tuanya meninggal dan ia menjadi miskin dan juga melarat akibat ditipu
oleh orang yang baru dikenalnya.
Pada mulanya Arman adalah putera satu-satunya R.W Wiro, begitu lahir ke
dunia ia telah bertemu harta kekayaan ayahnya. Dia tidak pernah tahu bagaimana
ayahnya mengumpulkan harta. Yang ia tahu, semua milik ayahnya adalah miliknya.
Setelah remaja ia sempat menamatkan SMA, meskipun belajarnya sering tersandung.
Tetapi untuk melanjutkan keperguruan tinggi seperti tidak bergairah lagi.
Pada suatu hari, ayah Arman meninggal. Siapa lagi yang akan melanjutkan
perusahaan ayahnya kalau bukan Arman yang memiliki pengetahuan yang
pasa-pasaan. Ibu Arman kemudian menjodohkan Arman dengan Ningrum seorang
serjanah ekonomi tamatan Universitas Gajah Mada yang masi famili dekatnya.
Tetapi Arman tidak bisa menerima ide ibunya yang bagus itu, namun Arman tidak
mau mendengarkan apa yang diucapkan oleh ibunya. Bahkan Arman membuang muka,
sehingga tidak melihat linangan airmata ibunya.
Arman mempunyai teman yang namanya Sang Lee, kawan-kawan Arman mengingatkan
agar Arman tidak temanan dengan Sang Lee yang konon lihai menipu. Arman datang
kerumah Sang Lee, tetapi di rumah Sang Lee tidak ada yang ada hanyalah tamu
perempuan cantik yang kulitnya kuning. Arman agak terkejut, melihat cewek yang
baru dikenalnya itu dan Arman jadi ingat sesuatu. Lalu pikirnya gadis inilah
yang diceritakan Sang Lee, saudara misannya yang bernam Silvi yang tinggal di
Hongkong. Kemudian kedua insan itu sama-sama tertawa, mereka seperti sudah lama
berkenalan. Pertemuan pertama itu, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan
selanjutnya. Berduaan mereka sangat bebasdan merdeka berbuat apa saja.
Nasihat ibunya, teman-teman akrabnya yang setia sudah tidak dihiraukan
lagi. Pada suatu malam di sebuah hotel. Tibah-tibah keduanya dikejutkan oleh
ketukan berkali-kali di luar pintu, dua orang di luar pintu mengucapkan selamat
dan meminta Arman bertanggung jawab terhadap apa yan diperbutnya terhadap
silvi. Silvi kemudian pulang bersama Oom untuk menjelaskan kepada bapak ibunya
tentang hubungannya dengan Arman. Arman kembali kekamar melanjutkan kantuknya.
Dua hari kemudian silvi ditunggu di hotel itu, tapi tidak kunjung datang.
Arman melihat sedan Corollnya lenyap. Begitu pula kartu kredit yang dimilikinya
juga raib. Kini Armab lain dari dahulu. Dulu pakian Arman serba indah, tetapi
sekarang pakaiannya kumuh, sandalnya sandal jebipt yang digunakan mengembara
dari trotoar lainnya. Mau kebali kepada ibunya ia malu, apalagi ia mendengar
bahwa ibunya sudah meninggal. Kini Arman masuk ke dalam gubuk reyotnya, Arman
lalu merebahkan badannya di balai-balai bambu. Kini nasi telah menjadi bubur, rusaklah
jiwa, rusaklah badan. Tibah-tiba ia mendengar suara azan bertalu-talu, tetapi
panggilan itu hinggap pada hati Arman yang tandus. Arman semakin terbenam dalam
selimutnya.
Setelah bangun keesokan harinya, matanya tersentu pada secarik koran
bekas. Koran lama itu menarik perhatiannya. Kemudian dibacanya, isinya tentang
tiga orang penipu kelas kakap yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara yang
sedang dicari. Di samping berita itu dipasang potret seorang wanita cantik
persis dengan Silvi. Betul, namanya memang Silvi Margareta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar