Judul
Buku : Dua Dunia
Pengarang : Nh. Dini
Judul Cerpen :
Penemuan
Terbitan : 2002
Jumlah
Halaman : 114
Cetakan : 3
SINOPSIS CERPEN
Sepi saja sore itu, kawan-kawanku tak ada yang datang menengokku. Aku
paling benci kepada rasa sepi, kemarin kawan-kawanku ramai cerita biara
kepadaku. Tentang sekolah kam, tentang guru-guru kami yang suka menyombongkan
dirinya, dan kecelakaan yang menimpaku beberapa hari lalu. Aku sendiri tak
ingat apa-apa waktu itu, Aku hanya tahu bahwa waktu itu pukul satu siang. Aku
bersama kawan-kawanku keluar gedung sekolah, dan di depan gedung itulah rupanya
kecelakaan terjadi. Kupandang kaki ku yang digantung agak tinggi dari letak
tubuhku. Aku pun berpikir jangan-jangan Aku tak akan dapat berjalan lagi.
Kucobah mnggerakan kakiku yang sakit, tapi tidak dapat. Alangkah banyak aku
mendapat rugi karena kecelakan ini. Aku tak bisa sekolah, tak dapat ikut
meneruskan latihan-latihan kesigapan dalam kepanduan dan perkumpulan lain.
Segala kesalahan kutimpakan kepada sopir prahoto itu kini. Aku tidak bersalah.
Aku terkejut dan menoleh, pandanganku tertumpuk pada mata orang yang berdiri
agak arah kakiku. Kaku dan redup mata itu. Seredup langit di luar jendela. Dia
mendekati aku, suaranya makin rendah, bibirnya gemetar gugup. Jadi inilah sopir
itu. Aku masi tetap diam, kupandang terus diakurus dan pucat. Akhirnya dia
mengeluh dalam, mengeluh seperti kepada dirinya sendiri. Dia merasa menyesal
dan dia memandang kelur, ke halaman rumah sakit dengan pandangan yang kosong.
Dia meminta maaf kepada saya yang masi hidup, karena menurutnya dia tidak
mungkin meminta maaf kepada orang sudah meninggal. Wajahnya ketakutan.
Aku merasa telah menyakitinya, menambah deritanya karena penyesalan itu.
Aku mencoba tersenyum kepadanya, dan aku tak tahu bagaimana bentuk senyumanku
itu. Matanya tanpak merah, memandang kepadaku penuh kesungguhan. Aku terdiam
oleh tangisannya itu. Dia meneruskan bicara dan aku mendengar. Dia bercerita
bahwa pada malam itu ada pertempuran yag sangat maju kedaerah batas kota.
Suaranya lemah seakan berbicara hanya untuk didengar sendiri. Dia diam dan aku
tetap memperhatikannya. Langit di luar tetap muram. Angin dingi sudah berubah
hujan. Tibah-tibah dia berkata, bahwa banyak dosa yang telah ia perbuat.
Sayapun berkata mengapa dia melarikan diri. Aku tahu dia lari tak mau ditangkap
polisi sewaktu kecelakaan itu. Kawan-kawanku menceritakan hal ini kepadaku
kemarin.
Aku terkejut oleh ini, tiba-tiba aku merasa ngeri memandang kepadanya.
Matanya tajam memandang kepadaku. Dia pun berbicara bahwa kesalahan tidak dapat
diperbaiki dengan ucapan maaf. Dia berkata bahwa dia tidak bisa memaafkan
dirinya lagi. Dia memandangku dengan tajam. Matanya penuh nyalah kebencian.
Sekali lagi aku merasa ngeri menentangnya. Kepalaku makin pening. Dan kurasa
pandanganku berputar-putar. Aku pejamkan mataku. Kudengar suara pintu.
Bagus deh infonya. Sambil baca boleh ya Aku ikut promosi.
BalasHapusYa jangan dihapus deh harapannya. Terima kasih.
Yuk yang suka taruhan bola, gabung di 7meter.
Layanan taruhan bola yang profesional.
Hanya ada di Agen Bola, Bandar Bola Online, Situs Taruhan Bola, 7meter